DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………. 1
KATA
PENGANTAR………………………………………………………….. 2
I.
PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 3
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 3
2.1 Tujuan…………………………………………………………………
4
3.1 Manfaat………………………………………………………………. 4
II.
PEMBAHASAN……………………………………………………………… 5
2.1 Metode Peningkatan Produksi
Pertanian……………………………... 5
2.2 Faktor Produksi Hasi
Pertanian………………………………. 7
2.3 Keterbatasan Lahan……………………………………………………
9
III.
PENUTUP……………………………………………………………………. 13
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………
13
3.2 Saran…………………………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 14
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul
“Macam-Macam Metode Peningkatan Produksi dan Keterbatasan Lahan”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak,antara lain dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian,dan juga teman-teman semua yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak,antara lain dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian,dan juga teman-teman semua yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis,
Kelompok
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini sektor pertanian memegang peranan penting
dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk menunjang pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi, pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan
produksi pertanian dan nilai tambah, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan
pendapatan sebagaian besar anggota masyarakat, yaitu petani. Namun permasalahan
yang seringkali terjadi dalam pembangunan pertanian adalah masih rendahnya
pendapatan petani yang disebabkan permodalan dan iptek.
Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
pendapatan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha serta mengisi dan
memperluas lapangan pasar baik pasar luar negri maupun dalam negri. Produk
buah-buahan ditumbuh kembangkan agar mampu mencukupi kebutuhan dalam negri
termasuk agroindustri serta memenuhi kebutuhan pasar luar negri.
Salah
satu informasi dasar yang dibutuhkan untuk pengembangan pertanian adalah data
spasial (peta) potensi sumberdaya lahan, yang memberikan informasi penting
tentang distribusi, luasan, tingkat kesesuaian lahan, faktor pembatas, dan
alternatif teknologi yang dapat diterapkan. Namun, pada kenyataannya
data/informasi sumberdaya lahan tersebut belum tersedia secara menyeluruh pada
skala yang memadai. Sampai saat ini, informasi sumberdaya lahan yang tersedia
di Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak)
untuk seluruh Indonesia hanya peta pada skala eksplorasi (1:1.000.000),
sedangkan data/peta pada skala tinjau (1:250.000) baru sekitar 57% dari total
wilayah Indonesia, dan peta pada skala semi detil hingga detil (1:50.000 atau
lebih besar) hanya sekitar 13%.
Oleh
karena keterbatasan data/peta yang tersedia tersebut, maka dalam analisis
potensi lahan ini digunakan data sumberdaya lahan yang tersedia untuk seluruh
Indonesia, yaitu pada skala eksplorasi (1:1.000.000). Peta tersebut hanya
sesuai digunakan sebagai acuan untuk perencanaan atau arahan pengembangan
komoditas secara nasional. Sedangkan untuk tujuan operasional pengembangan
pertanian di tingkat kabupaten/kecamatan, diperlukan data/peta sumberdaya lahan
pada skala 1:50.000 atau lebih besar, yang secara bertahap perlu dibangun.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pada penulisan ini,
kita diharapkan mampu untuk melakukan beberapa teknik yang dapat meningkatkan produksi pertanian dan
keterbatasan lahan yang ada di Indonesia dengan cara-cara yang tepat dan tidak
merugikan banyak pihak, terutama bisa mengangkat derajat atau memperbaiki
sisitem pertanian di Indonesia.
1.3
MANFAAT
Adapun manfaat pada penulisan ini antara
lain :
· Dapat
menambah wawasan kita mengenai Pertanian secara umum.
· Kita
dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi dari sektor Pertanian
· Kita
bisa mengetahui macam-macam metode peningkatan produksi sektor Pertanian.
· Kita
bisa menerapkan metode peningkatan produksi Pertanian tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.METODE PENINGKATAN PRODUKSI
PERTANIAN
1. Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi
pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya
untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana.
Intensifikasi pertanian banyak dilakukan di Pulau Jawa dan Bali yang memiliki
lahan pertanian sempit.
|
Pada
awalnya intensifikasi pertanian ditempuh dengan program Panca Usaha Tani, yang
kemudian dilanjutkan dengan program sapta usaha tani. Adapun sapta usaha tani
dalam bidang pertanian meliputi kegiatan sebagai berikut :
- Pengolahan tanah yang baik
- Pengairan yang teratur
- Pemilihan bibit unggul
- Pemupukan
- Pemberantasan hama dan penyakit tanaman
- Pengolahan pasca panen
2. Ekstensifikasi Pertanian
Adalah
usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian
baru,misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan
daerah pertanian yang belum dimanfatkan. Selain itu, ekstensifikasi juga
dilakukan dengan membuka persawahan pasang surut.
Ekstensifikasi
pertanian banyak dilakukan di daerah jarang penduduk seperti di luar Pulau
Jawa, khususnya di beberapa daerah tujuan transmigrasi, seperti Sumatera,
Kalimantan dan Irian Jaya.
|
3. Diversifikasi Pertanian
Adalah
usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari
ketergantungan pada salah satu hasil pertanian.
Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan.
- Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu lahan selain ditanam jagung juga ditanam padi ladang.
4. Mekanisasi
Pertanian
Adalah usaha meningkatkan hasil
pertanian dengan menggunakan mesin-mesin pertanian modern. Mekanisasi pertanian
banyak dilakukan di luar Pulau Jawa yang memiliki lahan pertanian luas. Pada
program mekanisasi pertanian, tenaga manusia dan hewan bukan menjadi tenaga
utama.
5. Rehabilitasi
Pertanian
Adalah usaha memperbaiki lahan
pertanian yang semula tidak produktif atau sudah tidak berproduksi menjadi
lahan produktif atau mengganti tanaman yang sudah tidak produktif menjadi
tanaman yang lebih produktif.
Sebagai tindak lanjut dari program-program tersebut, pemerintah menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
Sebagai tindak lanjut dari program-program tersebut, pemerintah menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
- Memperluas,memperbaiki dan memelihara jaringan irigasi yang meluas di seluruh wilayah Indonesia
- Menyempurnakan sistem produksi pertanian pangan melalui penerapan berbagai paket program yang diawali dengan program Bimbingan Masal (Bimas) pada tahun 1970. Kemudian disusul dengan program intensifikasi Masal (Inmas), Intensifikasi Khusus (Insus) dan Supra Insus yang bertujuan meningkatkan produksi pangan secara berkesinambungan.
- Membangun pabrik pupuk serta pabrik insektisida dan pestisida yang dilaksanakan untuk menunjang proses produksi pertanian.
Usaha-usaha
meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan antara lain dengan cara :
- Membangun gudang-gudang, pabrik penggilingan padi dan menetapkan harga dasar gabah
- Memberikan berbagai subsidi dan insentif modal kepada para petani agar petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya.
- Menyempurnakan sistem kelembagaan usaha tani melalui pembentukan kelompok tani, dan Koperasi Unit Desa (KUD) di seluruh pelosok daerah yang bertujuan untuk memberikan motivasi produksi dan mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi para petan
2.2 FAKTOR PRODUKSI HASIL PERTANIAN
Meningkatkan
produktivitas merupakan pekerjaan gampang-gampang susah. Gampang karena
sebetulnya kita mengetahui yang mempengaruhi hasil produksi. Susah, karena kita
tidak bisa mengendalikan semua faktor-faktor tersebut.
Disamping meningkatkan hasil produksi Pertanian dengan
menggunakan ke-5 metode seperti yang dijelaskan, kita juga harus mengetahui dan
memahami faktor-faktor penentu dari aktivitas Pertanian tersebut.Antara lain
sebagai berikut :
Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi hasil pertanian
diantaranya :
1. Benih
Benih adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi produksi pertanian. Faktor ini termasuk yang dapat dikendalikan.
Bila kita ingin yang benih yang baik, kita tinggal membeli di toko dan pilih
yang sudah teruji baik. Meskipun tidak 100% baik, namun sejauh ini kita masih
dapat mempercayai benih yang dikeluarkan oleh BUMN kita dibidang perbenihan,
yaitu PT. Sang Hyang Seri.
2. Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil pertanian. Faktor ini termasuk faktor yang dapat
dikendalikan, namun demikian adakalanya pengendalian ini tidak sepenuhnya
berhasil. Pengendalian ini terkadang malah menyebabkan kondisi tanah menjadi
rusak.
3. Iklim (termasuk
kecukupan air)
Iklim adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil pertanian yang tidak dapat dikendalikan. Namun demikian kita
masih dapat mengendalikan (walaupun tidak seluruhnya) misal dengan membuat
drainase, dengan mengadakan hujan buatan dan lain-lain.
4. Pupuk yang
diberikan
Pupuk adalah faktor yang mempengaruhi
hasil pertanian, yang paling bisa kita kendalikan. Bila ingin tinggi hasilnya,
berikan saja pupuk yang baik secara optimum.
5. Kondisi tanah
Kondisi tanah adalah salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi hasil pertanian, dan kita dapat mengendalikan, walaupun
tidak semuanya. Kondisi tanah ini sering kurang dipahami oleh para petani dan
para penyuluh pertanian, padahal ini termasuk faktor yang sangat penting,
karena berkaitan dengan faktor pemberian pupuk.
Permasalahan yang dihadapai para petani saat ini adalah
merosotnya produktivitas. Dari tahun ke tahun terlihat produktivitas padi kita
cenderung mengalami penurunan. Bahkan meskipun diberi pupuk dalam jumlah yang
berlebih, produksi tetap saja konstant, bahkan cenderung merosot. Dosis pupuk
sekarang ini cenderung sangat tinggi. Petani belum merasa cukup bila belum
memberikan pupuk sebanyak 1 ton per ha.
Permasalahan tersebut di atas disebabkan karena kondisi
tanah sekarang ini kurang kondusif, yaitu karena terlalu asam (akibat pemberian
pupuk kimia secara berlebih dan terus menerus), berkurangnya jasad renik dan
mikroba tanah.
Sudah umum diketahui bahwa pemberian pupuk kimia secara
terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan struktur tanah dan matinya beberapa
mikroba dan jasad renik dalam tanah. Salah satu fungsi jasad renik adalah
mendekomposisikan (menguraikan) unsur hara sehingga mudah dikonsumsi tanaman.
Beberapa mikroba (seperti rhizobium) bahkan dapat menangkap Nitrogen (N) bebas
dari udara untuk dikonsumsi tanaman. Padahal kurang lebih 70% udara kita
terdiri dari Nitrogen. Beberapa lainnya (seperti Michoriza), mampu menangkap P
tidak tersedia untuk tanaman menjadi tersedia. Jika jasad renik dan mikroba
tanaman sangat kurang jumlahnya dalam tanah, maka dapat diprediksi bahwa
konsumsi pupuk akan sangat tinggi dengan hasil yang sangat kurang.
2.3.
KETERBATASAN LAHAN
Pada
periode 1981-1999, di Indonesia terjadi konversi lahan sawah seluas
1.627.514ha, sekitar 1 juta ha di antaranya terjadi di Jawa. Selama kurun waktu
tersebut dilakukan pula pencetakan sawah baru seluas 518.224 ha di Jawa dan
2.702.939 ha di luar Jawa. Pada periode 1997-2003, yang merupakan masa krisis
multidimensi, penyusutan lahan sawah di Jawa masih terus terjadi, yaitu seluas
146.042 ha di Jawa Barat dan Banten, 115.276 ha di JawaTengah, dan 12.691 ha di
Jawa Timur. Menurut data Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat
tahun 2001, lahan di Jawa yang sesuai untuk pertanian mencapai 10.179.561 ha, dan
yang telah digunakan 9.570.562 ha, sehingga seharusnya masih ada sekitar 600 ribu
ha untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian. Namun di lapangan, lahan yang
sesuai tersebut perlu diinventarisasi secara cermat, karena telah digunakan
untuk berbagai kepentingan. Bahkan ironisnya, budi daya pertanian tanaman
pangan terpaksa menggunakan lahan yang tidak sesuai untuk pertanian. Di
beberapa wilayah terdapat lahan terlantar dalam luasan kecil-kecil, yang secara
teknis dapat digunakan untuk pertanian, namun terkendala oleh masalah kepemilikan
lahan yang tidak jelas. Dengan demikian, perluasan lahan pertanian di Jawa
untuk menambah lahan garapan per RTP sudah sangat sulit dilakukan. Jumlah RTP
di Jawa pada tahun 1993 sekitar 12,724 juta, kemudian meningkat menjadi 15,837
juta pada tahun 2003, sementara luas
lahan pertanian menurun dari 6,546 juta ha menjadi 6,446 juta ha. Dalam periode
yang sama, rata-rata luas lahan garapan pun menurun dari 0,51 ha/RTP menjadi
0,41 ha/RTP. Pengurangan jumlah RTP sulit dilakukan karena kesempatan kerja di
luar pertanian tidak berkembang. Demikian pula program transmigrasi, yang
sebenarnya dapat mengurangi jumlah RTP di Jawa dengan mengalihkannya ke luar
Jawa kurang berjalan lancar. Kesulitan dalam meningkatkan luas lahan pertanian
dan menurunkan jumlah RTP, menjadikan sempitnya lahan garapan per RTP tetap
menjadi penyebab rendahnya pendapatan petani tanaman pangan (padi dan palawija)
dengan baik (good agricultural practices), sehingga sistem pertanian dapat ber-
langsung secara berkelanjutan. Memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dari usaha
tani tanaman pangan (padi dan palawija) dari lahan garapan yang hanya 0,4 ha
jelas sangat sulit, karenaharga jual dan volume hasil komoditas relatif rendah.
Pendapatan mungkin dapat ditingkatkan bila komoditas yang diusahakan tidak
hanya tanaman pangan.Pendapatan petani diharapkan lebih bervariasi, dengan cara
diversifikasi komoditas dan diversifikasi usaha, termasuk menambah usaha
off-farm dan non-farm.
Penurunan luas lahan pertanian
diharapkan tidak hanya dicegah dengan cara mengendalikan konversi lahan
pertanian,baik lahan sawah maupun lahan kering.Adanya lahan pertanian abadi
juga akan membantu memantapkan wilayah pertanian yang produktif. Jumlah petani
di Jawa, yang sekarang lebih dari 15 juta RTP, sebaiknya tidak bertambah,
bahkan seyogianya dikurangi secara bertahap menjadi tidak lebih dari 10 juta
RTP, sehingga rata-rata lahan garapan menjadi sekitar 0,6 ha/RTP. Dengan lahan
yang lebih luas dan usaha tani yang beragam jenis (diversifikasi), pendapatan
petani diharapkan dapat meningkat.
Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya
disebutsebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh
kawasanlahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi
lain yangberdampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan
itu sendiri.Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan
penggunaan,disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi
keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya
danmeningkatnya
tuntutan akan
mutu kehidupan yang lebih baik.Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lain
telah menjadi salah satuancaman yang serius terhadap keberlanjutan swasembada
pangan. Intensitas alihfungsi lahan masih sulit dikendalikan, dan sebagian
besar lahan sawah yangberalihfungsi tersebut justru yang produktivitasnya
termasuk kategori sangat tinggi. Lahan-lahan tersebut adalah lahan sawah
beririgasi teknis atau
semiteknis dan berlokasi di kawasan pertanian dimana tingkat aplikasi teknologi
dankelembagaan penunjang pengembangan
produksi padi telah
maju (Murniningtyas,2007).
Irawan (2005), mengemukakan bahwa konversi yang lebih besar
terjadipada lahan sawah dibandingkan dengan lahan kering karena dipengaruhi
oleh tigafaktor,
yaitu:
(1) pembangunan kegiatan non pertanian seperti kompleks
perumahan,pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah dilakukan
padatanah sawah yang lebih datar
dibandingkan dengan tanah kering;
(2) akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya
peningkatanproduk padi maka infrastruktur ekonomi lebih tersedia di
daerahpersawahan daripada daerah tanah kering;
(3) daerah persawahan secara umum lebih mendekati daerah
konsumenatau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian
besar terdapat di wilayah perbukitan danpegunungan.Alih
fungsi lahan sawah dilakukan secara langsung oleh petani pemilik lahan
ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengantransaksi
jual beli lahan sawah. Proses alih fungsi lahan sawah pada umumnyaberlangsung
cepat jika akar penyebabnya terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan sektor
ekonomi lain yang menghasilkan surplus ekonomi.
Perjalanan
pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan
hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan
kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia
dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang
mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting,
antara lain:
·
Potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam,
kontribusi terhadap pendapatan nasional yang cukup besar,
·
Besarnya pangsa terhadap ekspor nasional,
·
Besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan
hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan
menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.
Potensi
pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian
besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan
petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni
hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta
pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai
saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil,
(b) modal yang terbatas,
(c) penggunaan teknologi yang masih sederhana,
(d) sangat dipengaruhi oleh musim,
(e) wilayah pasarnya lokal,
(f) umumnya berusaha dengan
tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian
(pengangguran tersembunyi),
(g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah,
(h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya
mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi
eksploitasi harga yang merugikan petani. Selain itu, masih ditambah lagi dengan
permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia
seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih
bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada
beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran
Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya
penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan
pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
IMPLIKASI KEBIJAKAN
1.
Pengendalian konversi lahan pertanian perlu diupayakan, antara lain melalui
peraturan pemerintah, didasarkan atas Undang-undang Lahan Pertanian Aba- di
yang saat ini RUU-nya sedang digarap oleh DPR RI, dan akan segera disahkan
menjadi undang-undang.
2. Penyuluhan pertanian perlu ditingatkan,
terutama mengenai teknologi sistem usaha tani dan cara diversifikasi usaha
tani, termasuk budi daya ta- naman hortikultura dan peternakan, serta
kelembagaan agribisnis.
3. Kesempatan kerja di luar pertanian perlu
ditingkatkan untuk menyerap tenaga kerja yang terkonsentrasi di pedesaan,
dengan mengembangkan kegiatan perindustrian, perdagangan, dan sebagainya, serta
sekolah kejuruan.
4. Dalam jangka panjang, program transmigrasi
perlu ditingkatkan untuk memindahkan petani dalam jumlah besar dan secara
terencana ke luar Jawa.Dengan demikian, pertanian di Jawaakan lebih
menguntungkan, dan lahan di luar Jawa dapat lebih produktif.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari seluruh metode peningkatan
produksi yang telah dijelaskan,metode-metode tersebut memiliki nilai positif
dan juga nilai negatifnya,antara lain sebagai berikut:
Dampak
positif
- Meningkatnya produktivitas tanaman pangan
- Peningkatan produksi pangan menyebabkan kebutuhan primer masyarakat Indonesia menjadi terpenuhi.
- Indonesia akan berhasil mencapai swasembada.
- Kualitas tanaman pangan semakin meningkat.
Dampak
negatif
- Berkurangnya keanekaragaman genetik jenis tanaman tertentu yang disebabkan oleh penyeragaman jenis tanaman tertentu yang dikembangkan.
- Adanya mekanisme pertanian, mengakibatkan cara bertani tradisional menjadi terpinggirkan.
3.2 Saran
Pada tahun 1964, Institut
Pertanian Bogor mempersiapkan lima teknik pertanian yang disebut pancausaha
tani. Hal-hal yang termasuk pancausaha tani adalah sebagai berikut:
a. pemupukan.
b. pemberantasan hama.
c. pemberantasan penyakit.
d. pengairan.
e. perbaikan cara bercocok tanam.
a. pemupukan.
b. pemberantasan hama.
c. pemberantasan penyakit.
d. pengairan.
e. perbaikan cara bercocok tanam.
Diharapkan
dengan lima tekhnik yang dikemukakan oleh Institut Pertanian Bogor tersebut
dapat membantu kita semua untuk melakukan atau melaksanakan kegiatan pertanian
dengan lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
- 2011. Cara Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Dengan Sistem Tanam Jajar Legowo. Gerbang Pertanian http://www.gerbangpertanian.com/2011/02/cara meningkatkan-produksi-tanaman padi.html (Diakses pada 12 Desember 2011)
- Badan Litbang Pertanian, 2007a . Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta
- Purwanto S., 2008. Implementasi kebijakan untuk pencapaian P2BN. Prosiding seminar apresiasi hasil penelitian padi menunjang P2BN. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.
- Sembiring H, 2008. Kebijakan penelitian dan rangkuman hasil penelitian BB Padi dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. Prosiding seminar apresiasi hasil penelitian padi menunjang P2BN. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.
- Widarto dan Yulianto, 2001. Teknologi tanam padi sistem jajar legowo dua baris. Rekomendasi paket teknologi pertanian Propinsi Jawa Tengah. BPTP Jawa Tengah.
- Permana S, 1995. Teknologi usahatani mina padi azolla dengan cara tabam jajar legowo. Mimbar saresehan Sistem Usahatani Berbasis Padi di Jawa Tengah. BPTP Ungaran.